Perang antara Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram pernah terjadi pada masa Pangeran Kenari. Pangeran Kenari merupakan Sultan Banten ke empat.
Beliau Bergelar Sultan Abdul Mufahir Mahmud Abdul Qadir, memerintah Banten dari mulai tahun 1596 -1651. Pada masa beliau memerintah Banten inilah VOC Belanda di ijinkan membuat markas dagang di Jaya Karta, pemberian ijin tersebut terjadi pada tahun.
Menurut Naskah Cirebon, pemberian ijin terhadap VOC Belanda untuk mendirikan markas di Jaya Karta oleh Banten tersebut dilatar belakangi oleh peristiwa peperangan antara Banten dan Mataram. Selepas kemangkatan Sultan Banten ke III yaitu Maulana Mahmud (Panembahan Banten Sedang Renapati) dalam peristiwa pertempuran dengan Mataram.
Sultan Banten selanjutnya yang menjabat harus melalui persetujuan Mataram. Kebetulan waktu itu Pangeran Kenari sedang melaksanakan Ibadah Haji sehingga pelantikan Sultan Banten selanjutnya menunggu kedatangan sang Pangeran.
Setibanya Pangeran Kenari dari Mekah beliau kemudian memproklamirkan diri menjadi Raja ke IV Banten dengan memakai Gelar Sultan. Pangeran Kenari mengklaim pengangkatan dirinya menjadi Sultan atas ijin dari Syarif Mekah. Mendapati Banten mengangkat Raja tanpa sepengetahuannya Raja Mataram kemudian murka. Untuk kemudian Matarampun menyerang Banten.
Sementara di Banten Pangeran Kenari ternyata tak tinggal diam, ia pun mempersiapkan tentaranya untuk menghadapi Mataram dengan penuh pertimbangan.
Perang antara Banten dan Mataram ini dikisahkan memakan waktu bertahun-tahun, sehingga akhirnya ada seorang Belanda yang bernama Kapten Morgel yang dapat mendamaikan peperangan.
Dalam perdamaian itu Mataram mau mengakui pengangkatan Pangeran Kenari sebagai Sultan Banten dengan syarat Banten harus mengirimkan
Tugur (Pasukan Penjaga) ke Mataram setiap tahun. Pasukan ini bergantian datang ke Mataram untuk tugas jaga. Atas permintaan tersebut kemudian Banten menyetujui.
Dalam Pandangan Mataram meskipun Banten tidak dapat ditaklukan akan tetapi dengan adanya tentara Banten yang ditugaskan menjaga Keraton Mataram pamor Mataram dimata kerajaan bahwanya menjadi tinggi, karena dianggap mampu menaklukan Banten dengan bukti adanya pasukan Banten yang ditempatkan di Mataram sebagai tanda takluk.
Sementara Banten beranggapan bahwa, pengiriman Tugur ke Mataram sebagai lelucon saja, karena pada nyatanya meskipun Banten mengirimkan Tugur ke Mataram pada nyatanya Banten tidak dapat dikuasi Mataram.
Cara tersebut dianggap Banten sebagai cara tepat untuk melakukan gencatan senjata. Mengingat waktu itu Banten belum pulih benar dari keterpurukan setelah kemangkatan Sultan ke III.
Kapten Morgel yang berhasil mendamaikan antara kedua kerajaan tersebut kemudian minta upah kepada Sultan Banten, upahnya agar VOC Belanda diberikan kebebasan membangun markas di Jaya Karta. Maka berdsarkan ijin tersebut pada tahun 1611 VOC mendirikan markas di Jaya Karta.
Pada mulanya markas yang dibangun tersebut hanya berupa rumah kayu dengan pondasi batu sebagai kantor dagang. dan pada tahun 1618 mereka selanjutnya menyewa lahan sekitar 1,15 hektar dan dalam lahan tersebut kemudian dibangun komplek tempat tinggal orang Belanda disertai Benteng yag tinggi dan persenjataan lengkap. Dan hal yang tak diduga-duga kemudian terjadi, pada tahun 1619 dari dalam benteng itu VOC Belanda kemudian membombardir pemerintahan daerah Jaya Karta dan dapat merebut Jaya Karta.
Mulai setelah itu Jayakarta tidak lagi dikuasi oleh Banten. Banten kemudian bermusuhan dengan VOC yang kini telah membangun Negara di Jaya Karta. Pada abad-abad selanjutnya Banten dan Mataram kemduian dikuasai oleh Belanda.
0 komentar:
Posting Komentar